Laporan Observasi Keluarga Miskin
LAPORAN OBSERVASI KELUARGA MISKIN
Jl. Makrik RT.06/04 Kel.Bojong RawaLumbu Kec.RawaLumbu, Bekasi
DI SUSUN OLEH :
MUHAMMAD RAFLIANO NUZULHA
MUHAMMAD RAFLIANO NUZULHA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN :
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA-J
2018
Kata Pengantar
Pertama-tama mari kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt. Karena atas rahmatnya dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan kita, habibana wa nabyana Muhammad saw. kepada para sahabatnya, keluarganya dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu sosial dasar. Observasi ini dilaksanakan pada hari . Observasi ini dilaksanakan di sekitar Kecamatan RawaLumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.
Tiada gading yang tak retak. Dari peribahasa itu,saya menyadari laporan ini bukanlah karya yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh karena itu, saya meminta maaf atas semua kesalahan. Akhir kata, semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Observasi
1.4 Manfaat Observasi
Bab II Isi
2.1 Landasan Teori kemiskinan
2.2 Pemetaan Keluarga Miskin
3.3 Indikator Kemiskinan
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah-masalah yang terjadi di masyarakat: Masalah sosial, masalah moral, masalah politik, masalah ekonomi, masalah agama, ataupun masalah-masalah lainnya. Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di negara ini. Kemiskinan sudah menjadi hal yang wajar yang sering terjadi di Indonesia. Kemiskinan dapat berupa kekurangan pangan, sandang, dan papan. Kemiskinan itu sangat merajalela di kalangan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam observasi ini adalah mengapa bisa terjadi kemiskinan? Dan bagaimana kegiatan sehari-hari mereka?
1.3 Tujuan Observasi
Sejalan dengan perumusan masalah diatas, observasi ini bertujuan untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya kemiskinan di Daerah kecamatan rawalumbu dan mengetahui kegiatan sehari-hari mereka. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas ilmu sosial dasar.
1.4 Manfaat Observasi
Kita dapat mengetahui dan belajar banyak dari orang-orang yang kurang mampu, bahwa kita lebih beruntung dari mereka sehingga kita harus banyak bersyukur untuk semua yang telah diberikan Allah SWT terhadap kita.
BAB II
ISI
2.1 Landasan Teori
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
· Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
· Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
· Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Mengukur kemiskinan
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Penyebab kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
Menghilangkan kemiskinan
Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:
Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
2.2 Pemetaan Keluarga Miskin
Pada pemataan keluarga miskin di mulai dari meminta keterangan dari RT setempat. Dari keterangan yang saya dapat dari hasil wawacancara bahwa kurang dari 5 keluarga yang masuk dalam katageri keluarga miskin. Data yang saya peroleh dari jenis pekerjaan kedua orang tua, dan jenis tempat yang di tempati.
Rata – rata pekerjaan keluarganya serabutan atau tidak menentu, ada yang bekerja tukang urut, tukang sampah, buruh cuci, kuli bangunan, dll. Secara pendidikan mereka tidak tamat sampai SD.
Pada observasi saya kali ini saya fokus terhadap 1 keluarga miskin. Pada keluarga miskin in terdapat kedua orang tua dan 3 anak mereka tinggal di sebuah kontrakan yang kecil. Dimana profesi pekerja bapaknya sebagai tukang sampah dan ibu sebagai buruh cuci, tukang urut . ke 3 anaknya masih sangat kecil beli atau masih kecil. Anak yang pertama yaitu anak yatim dimana kedua orang tersebut mengakatnya sebagai anak sebelum mempunyai anak kandung , anak yang kedua sudah meranjak di sekolah dasar , dan anak yang terakhir masih sekitar usia 4 tahun . Dalam keluarga ini secara ekonomi bisa di katatakan masuk dalam keluarga miskin di lihat dari jenis pekerjaan kedua orang tua dan untuk membiayai ke 3 anaknya.
2.3 Indikator Keluarga Miskin
Menurut BPS, ada 14 kriteria untuk menentukan keluarga/rumah tangga miskin, yaitu :
1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10. Hanya sanggup makan hanya satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,- (Enam Ratus Ribu) per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,- (Lima Rus Ribu Rupiah), seperti sepeda motor kredit/non-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tingkat kemiskinan di Kecamatan RawaLumbu tidak terlalu tinggi. Namun, masih ada yang kekurangan biaya. Hal ini di tandai kurang bagusnya kualitas hidup penduduk dari segi pendidikan dan ekonomi. Perlu adanya wadah bagi pemerintah untuk mempekerjakan orang dewasa yang pendidikannya menegah kebawah dan membuat suatu program untuk bantuan keluarga miskin.
3.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui informasi tentang kemiskinan di Indonesia lebih lanjut.
Daftar pustaka
http://dinsos.jogjaprov.go.id/kriteria-untuk-menentukan-keluarga-rumah-tangga-miskin/
Komentar
Posting Komentar